Sabtu, 16 Mei 2015

AKU dan CITA-CITAKU


Saat pertama kali aku membuka mata didunia ini, mungkin kedua orang tua ku sudah mempunyai cita-cita akan jadi apa aku nantinya. Dan yang pasti mereka ingin aku menjadi anak yang berbakti kepada mereka, yang taat pada ajaran agama, agar nantinya menjadi orang yang sukses, orang yang berguna, atau mungkin mereka berkeinginan nantinya aku bisa menjadi seseorang yang dapat menjadi contoh dalam kehidupan bermasyarakat. Pada usia balita, aku sudah mulai diajarkan berbagai macam pelajaran dalam lingkungan formal, belajar bersosialisasi dan saling tolong menolong pada sesama, agar nantinya aku sanggup menjalani kehidupan dalam lingkungan yang lebih luas ketika aku beranjak dewasa.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai memasuki jenjang yang lebih tinggi dan mulai bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas lagi dari sebelumnya, dan membuatku lebih ingin mengetahui banyak hal baru yang sebelumnya belum aku ketahui. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak dan belum mengerti apa arti cita-cita, guruku sering bertanya tentang cita-cita. Saat aku ditanya, cita-cita kamu ingin jadi apa? Aku jawab ingin menjadi presiden. Karena foto presiden selalu terpampang dengan jelas di depan kelas, dan aku yakin bahwa semua sekolah yang ada di Indonesia juga memasang foto presiden, kemudian aku membayangkan andaikan fotoku yang dipajang didepan kelas, pasti akan sangat mengagumkan. Dan setiap kali guruku bertanya akan cita-citaku, dengan sangat percaya diri aku menjawab ingin jadi presiden, mendengar jawabanku tadi guru ku selalu mengingatkan kalau ingin jadi presiden harus rajin belajar agar menjadi anak yang pintar.

Setelah selesai dari taman kanak-kanak aku melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu sekolah dasar (SD). Ketika aku sedang bermain di lapangan bersama teman-teman ada pesawat terbang yang melintas tepat di atas lapangan tempat kami bermain. “Pesawat aku minta uang !” Teriak kami ketika pesawat melintas, hayooo.. apakah kalian pernah melakukannya !.

Sejak saat itu aku mulai bingung, banyak pertanyaan yang ada dalam benakku. Dalam hati aku bertanya, bagaimana bisa benda sebesar itu bisa terbang seperti burung, kemudian saat di dalam kelas aku bertanya kepada guruku. Bu guru, pesawat terbang itu sopirnya siapa ya? Kemudian beliau menjawab dan tersenyum, “Itu bukan sopir nak, tapi yang mengendalikan pesawat terbang adalah pilot” dalam hati kemudian aku berkata “Kayaknya jadi pilot seru, pasti kerjaannya terbang terus”. Karena masih penasaran, sesampainya di rumah aku bertanya lagi pada kakak ku. Kak, kalau mau jadi pilot bagaimana caranya? Sambil tersenyum kakak ku menjawab “Kalau kamu ingin jadi pilot kamu harus tinggi, agar cepat tinggi kamu tidak boleh malas makan dan pastinya harus rajin belajar juga”, sebuah nasihat yang kakak sampaikan, karena aku termasuk anak yang malas banget kalau disuruh makan.

Seketika itu juga aku mengubah cita-citaku yang semula ingin jadi presiden aku ganti menjadi seorang pilot. Namun kejadian seperti ini terulang lagi, singkat cerita aku sudah kelas 4 SD waktu itu aku ikut nonton pertandingan sepakbola bersama bapak dan kakak ku di televisi. Aku amati mereka sangat serius menyaksikan pertandingannya, kemudian terjadilah sebuah gol dan para pemain melakukan selebrasi sembari diiringi tepuk tangan para supporter dengan sangat meriah sehingga membuatku heran, kemudian aku bertanya pada bapak ku. Pak, kenapa mereka dapat tepuk tangan yang meriah dari para supporter? Kemudian bapak menjawab “Nak, itu namanya gol, jika bolanya ditendang dan masuk ke gawang, itu namanya gol. Dan tim yang paling banyak mencetak gol dinyatakan sebagai pemenang”. Setelah itu aku mulai sering nonton sepakbola dan rajin mencari informasi tentang dunia sepakbola dan akhirnya aku paham. Secara perlahan aku mulai tertarik dengan sepakbola dan mengubah cita-citaku yang ingin jadi pilot aku ubah menjadi pemain sepakbola profesional. Karena menurutku menjadi pemain sepakbola itu keren, posternya ada dimana-mana, kemudian sering berkunjung juga ke berbagai negara untuk bertanding. Perubahan cita-cita yang aku alami belangsung hingga aku SMP dan sempat punya cita-cita ingin jadi musisi juga.

Setelah masuk SMA aku mulai bingung karena pemikiran yang lebih dewasa dan rasional. Kemudian aku mulai mencoret satu per satu cita-citaku.

Yang pertama, cita-cita ingin menjadi presiden aku hilangkan karena aku punya pandangan politik yang lain. Bahwasanya untuk mengurus diri sendiri saja ribet apalagi mengurus negara yang jumlah penduduknya lebih dari 250 juta jiwa.

Yang kedua, cita-cita ingin menjadi pilot aku hilangkan karena resikonya yang terlalu tinggi dan taruhannya adalah nyawa kalau terjadi insiden kecelakaan seperti berita yang aku lihat di televisi.

Yang ketiga, cita-cita ingin menjadi pemain sepakbola profesional aku hilangkan karena mainanku juga gak jago-jago banget, ditambah lagi waktu itu sering ada baku hantam di dalam lapangan. Ini mau main bola atau pengen jadi gladiator.


0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Blogger templates

Blogger news

© Copyright 2011 ANISA FITRI Template design by sarju
Diberdayakan oleh Blogger.